Mengenal Banyak Sekali Media Pembelajaran (Bag. 1)

Klasifikasi media pembelajaran, dikelompokan menjadi media proyeksi, media non-proyeksi, media tiga dimensi dan media yang memakai teknik atau masinal. Untuk lebih jelasnya, akan dikemukakan dan dijelaskan beberapa jenis media pembelajaran yang lazim digunakan di sekolah-sekolah, sebagai berikut :

1. Papan Tulis dan Whiteboard

Papan tulis, merupakan “alat” yang sangat diharapkan disetiap sekolah dan di kelas. Bahkan papan tulis dikatakan kemudahan yang mutlak diperlukan, ibarat halnya diharapkan meja dan kursi. Dengan papan tulis, pengajar sanggup menulis dan menjelaskan materi pelajaran secara efektif dan efisien, sehingga pembelajar sanggup mendapatkan pelajaran dengan baik. Papan tulis sanggup di gunakan secara baik, dengan memperhatikan prinsip-prinsip penggunanaan papan tulis.Papan tulis, belum sanggup dikategori sebagai “media pembelajaran”, tetapi sebagai alat pelajaran. Papan tulis da-pat dikategori sebagai media pembelajaran, apabila “papan tulis” tersebut telah difungsikan atau digunakan untuk memperlihatkan informasi atau digunakan untuk menjelaskan meteri pelajaran atau papan tulis itu sendiri fungsinya telah memperlihatkan informasi kepada peserta pesan atau “pembelajar”.
Papan tulis merupakan alat yang lazim digunakan, tetapi pertanyaannya bagaimana saudara sanggup memakai papan tulis dengan baik, efektif, dan efisien dalam menjelaskan pelajaran di kelas? Jawabannya mungkin bervariasi, ada yang menyatakan bahwa memakai papan tulis ialah hal yang mudah, tidak perlu dipelajari, dan hanya menirukan pengajar atau dosen. Jawaban ini mungkin sanggup diterima bagi orang yang bukan didik dalam ilmu kepengajaran. Tetapi bagi orang yang didik dalam ilmu kepengajaran akan menyatakan bahwa keterampilan memakai papan tulis perlu dipelajari dan sebab itu pengajar-pengajar lulusan tenaga kepengajaran akan sanggup memakai pepan tulis secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memakai papan tulis, antara lain :
1] Papan tulis sangat mutlak diharapkan di kelas
2] Dengan papan tulis seorang pengajar sanggup menulis pesan berupa pelajaran dan sanggup menjelaskan pelajaran tersebut dengan baik.
3] Papan tulis juga sanggup digunakan pembelajar untuk menulis dan menuntaskan kiprah dan lain-lain.
4] Apakah sebagai calon pengajar perlu mempelajari cara-cara memakai papan tulis? Ataukah sebagai calon pengajar hanya menirukan cara pengajar memakai papan tulis, yang pernah dilihatnya.

Kalau kita bertanya pada guru dan calon guru, mungkin balasan sederhana, oh…yaa! … gampang saja tidak perlu mempelajari cara-cara memakai papan tulis. Cukup menirukan cara pengajar [guru dan dosen] yang pernah mengajar dan memakai papan tulis. Jawaban ini mungkin sanggup dibenarkan bagi yang tidak dididik dalam ilmu keguruan. Bagi yang dididik sebagai calon pengajar harus mempelajari cara-cara memakai papan tulis. Mempelajari cara-cara memakai papan tulis bagi seorang calon pengajar akan memudahkan calon pengajar mengetahui teknik menggunakan, posisi berdiri, posisi ketika menulis dan menjelaskan pesan atau pelajaran yang ditulis di papan tulis, dan lain-lain.
Selain itu, bagi calon ”pengajar” harus mengetahui manfaat, nilai papan tulis, teknik memakai papan tulis, beberapa hal yang sanggup membatasi ”pengajar” dalam memakai papan tulis, serta kelebihan dan kelemahan papan tulis dibandingkan dengan media yang lain.
a. Nilai Papan Tulis
Penggunaan papan tulis pada ketika menjelaskan materi pelajaran, mempunyai nilai manfaat yang sangat penting, antara lain :
1] Penyajian pelajaran sanggup dilakukan dengan terang oleh pengajar selangkah demi selangkah dan secara sistematis.
2] Apabila terdapat kekeliruan atau kesalahan sanggup dilihat dan segera diperbaiki oleh pengajar secara langsung.
3] Merangsang pembelajar untuk sanggup berguru secara efektif.
4] Pembelajar sanggup melihat dan sanggup membaca dengan terang apa yang ditulis oleh pengajar di papan tulis.
5] Memotivasi pembelajar untuk terbiasa bekerja pada papan tulis .

b. Beberapa hal yang membatasi penggunaan papan tulis
Manfaat dan nilai penggunaan papan tulis dalam proses pembelajaran di kelas sangat besar, tetapi ada beberapa hal yang secara pribadi atau tidak pribadi sanggup membatasi pengajar memakai papan tulis, yaitu :
1] Ada sebagian pengajar merasa tidak hening apabila memakai papan tulis. Merasa tidak mempunyai kecakapan menulis, meng-gambar yang elok dan indah di papan tulis. Hal ini menimbulkan keragu-ragu-an dan timbul rasa segan untuk memakai papan tulis sebagai media pem-belajaran.
2] Pengajar segan untuk mem-persiapkan dan membersihkan papan tulis sebelum mengajar, sebab takut tangan kotor terkena debu kapur. Atau untuk mempersiapkan suatu demon-strasi melalui papan tulis memerlukan waktu dan meminta perhatian, kete-kunan tersendiri dari pengajar. Akibatnya sanggup menjadikan rasa segan ketika memakai papan tulis.
3] Adanya alat-alat modern yang mulai digunakan dalam proses pembelajaran di kelas, ibarat slide, beling terbus cahaya, film, vidio, VCD, LCD, dll.
4] Banyak buku-buku pelajaran yang sanggup dibeli dan dimiliki oleh pembelajar, dari pada mencatat pelajaran dari papan tulis.
5] Pembelajar tidak selalu sanggup melihat pelajaran dengan gampang di papan tulis, sebab mungkin pengajar bangkit di depan papan tulis dan menutupi goresan pena di papan tulis.
6] Apabila pembelajar diberi kesempatan untuk memakai papan tulis, maka memerlukan waktu yang banyak, mengurangi jumlah materi yang akan diajarkan, dan membosankan.
7] Demonstrasi dan gambaran yang disajikan pengajar pada papan tulis, seringkali tidak sanggup ditangkap pembelajar dengan jelas, sukar dilihat dan kemungkinan tidak dimengerti pembelajar, sebab pengajar bangkit di depan papan tulis.
8] Debu kapur, sanggup menimbulkan gangguan pada kesehatan pengajar, yaitu sakit paru-paru, tenggerokan, gangguan kulit, dan pernapasan. Apalagi ventilasi ruangan tidak begitu baik .

d. Teknik Menggunakan Papan Tulis
Manfaat atau nilai penggunaan papan tulis dalam pengajaran di kelas sangat penting manfaatnya. Tetapi, timbul pertanyaan bagaiamana memakai papan tulis secara efektif? Pertanyaan ini muncul, sebab ada sebagian orang menganggap bahwa “cara memakai papan tulis ialah hal yang mudah, tidak perlu dipelajari, cukup dengan menjiplak pengajar yang pernah mengajar mereka, sewaktu mereka masih dibangku sekolah atau di kampus”. Anggapan ini sanggup dibetulkan, sebab muncul dari orang yang belum mengerti wacana ilmu keguruan atau bukan dari lulusan forum Pendidikan Tenaga Kependidikan. Kecakapan memakai papan tulis perlu dipelajari secara khusus dan kecakapan ini hendaknya menjadi kegiatan pendidikan sekolah-sekolah kepengajaran, supaya mereka sanggup menguasai teknik penggunaan papan tulis secara efektif, efisien, dan memuaskan.
Sebenarnya untuk memakai papan tulis, seorang pengajar tidak dituntut menjadi seorang “ahli lukis”, untuk menggambar atau menulis di papan tulis. Tetapi yang diharapkan ialah kecakapan cara memakai papan tulis dengan baik, efisien dan efektif. Misalnya seorang pengajar harus :
1] Mengetahui hal-hal terperinci dan bersifat praktis.
2] Menulis dengan karakter yang terang dan sanggup dibaca oleh pembelajar.
3] Menulis dan menggambar secara sederhana yang tak memerlukan kecakapan khusus.
4] Apabila menciptakan garis, garislah secara lurus.
5] Menjaga kebersihan, kerapian ketika memakai papan tulis.
6] Usahakan goresan pena harus lurus dan jangan tulisannya naik atau turun.

Kecakapan ini perlu dipelajari supaya jangan hingga tulisan-tulisan yang ditulis di papan tulis justru menciptakan keruwetan dan membingungkan pembelajar. Pengajar juga perlu memperhatikan hal-hal yang perlu ditulis dan hal-hal yang tidak perlu ditulis. Kondisi ini memang memerlukan kecakapan tersendiri yang tentu harus dimiliki oleh seorang pengajar sebagai kiprah profesionalnya.
Hal-hal yang terperinci dan kompleks, “sebaiknya pengajar mempersiapkan terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran supaya efesiensi waktu. Pengajar sanggup menjelaskan materi pelajaran dengan baik di papan tulis dan pembelajar sanggup melihat klarifikasi di papan tulis dengan jelas. Penggunaan papan tulis dengan baik sanggup merangsang pembelajar untuk memusatkan perhatian secara khusus pada bagian-bagian tertentu dari pelajaran yang sedang dijelaskan .

e. Hal-hal yang Perlu diperhatikan
Selain hal-hal yang dikemukakan di atas, ada juga hal-hal lain yang tak kalah pentingnya pada ketika pengajar memakai atau menulis di papan tulis. Hal-hal tersebut, yaitu :
1] Sebaiknya “jangan menulis” di papan tulis sambil berbicara. Tulislah, gres berbicara berhadapan dengan pembelajar, sebab apabila pengajar menulis sambil berbicara, berarti pengajar

tersebut berbicara berhada-pan dengan papan tulis, tidak berhadapan dengan pembelajar. Ini berarti pengajar tidak tatap muka, tetapi “tatap belakang” [tatap bokong]. Tentu tindakan ini terang pengajar membelakangi pembelajar - pembelajarnya. Mungkin saja, ada sebagian orang atau juga pengajar, menyampaikan bahwa tidakan tersebut boleh - boleh saja
dan tidak apa-apa. Tetapi apabila dilihat dari sudut etika pembelajaran, tindakan membelakangi “pembelajar” dan berbicara berhadapan dengan papan tulis ialah tindakan yang kurann baik dalam pembelajaran di kelas.
2] Selain itu, pada waktu pengajar membuktikan hendaknya bangkit di samping papan tulis dan jangan bangkit di tengah papan tulis, supaya supaya “pembelajar” sanggup melihat tulisan, gambar atau informasi yang ada di papan tulis.

Hal-hal yang dikemuka-kan di atas, apabila dipatuhi oleh seorang pengajar dan dihindari, maka pembelajar sanggup mengikuti pelajaran yang sedang dijelaskan dengan baik tanpa ada gangguan dari pengajar itu sendiri. Selain itu hal-hal tersebut, pengajar juga perlu memperhatikan
perbedaan antara penggunaan papan tulis dengan Overhead Projector Transparansy [OHT], sehingga pengajar akan mengetahui kelebihan dan keterbatasan dari masing- masing alat tersebut.
Setelah mengetahui perbedaan papan tulis dan Overhead Projector Tran-sparansy, maka perlu mem-perhatikan laba pa-pan tulis atau whiteboard. Beberapa laba memakai papan tulis atau whiteboard, sebagai berikut :
1] Penyajian materi pelajaran sanggup diperlihatkan tahap demi tahap suatu proses.
2] Tidak memerlukan banyak pekerjaan dan per-siapan.
3] Dapat menjelaskan hal-hal sesaat [misalnya untuk menjawab pertanyaan].
4] Sesuai untuk memperlihatkan gambar yang rumit/ kompleks.

Papan Tulis, merupakan alat atau media yang paling mayoritas dan paling banyak digunakan pengajar-pengajar di sekolah-sekolah untuk menulis dan menjelaskan materi pelajaran. Dari hasil “Observasi” mahasiswa sertifikat IV angkatan XIV tahun 2004, terhadap 33 pengajar di Yogyakarta yang memakai “Papan Tulis” atau “Whiteboard” pada ketika mengajar di kelas, diperoleh hasil sebagai berikut :
Hasil observasi wacana “Posisi bangkit Pengajar ketika menjelaskan materi pelajaran di Papan Tulis”, diketahui 26 pengajar [78.78%] posisi bangkit pada “sisi kanan” atau “sisi kiri papan tulis”, sehingga tidak menutupi goresan pena atau klarifikasi yang ada pada Papan Tulis. Sedangkan 7 orang pengajar [21.22%], yang posisi berdirinya selalu atau sering ditengah ketika menjelaskan materi pelajaran di Papan Tulis. Tindakan ini tentu menutupi klarifikasi atau keterangan yang ada di “Papan Tulis” atau “Whiteboard”
Tentang “Kualitas Tulisan di Papan Tulis”, diketahui 10 orang pengajar [30.30%] yang tulisannya memenuhi standar yaitu “rapi, bagus” dan “jelas” sanggup dibaca oleh “pembelajar” di kepingan belakang. Sedangkan, 23 pengajar [69.70%] yang tulisannya kurang memenuhi standar yaitu “kurang rapi, kurang bagus” dan “kurang jelas” untuk dilihat “pembelajar” yang duduk dibagian belakang kelas.
Tentang “Cara Menulis di Papan Tulis”, diketahui 11 orang pengajar [33.33%], yaitu menulis materi pelajaran atau klarifikasi terlebih dahulu di “Papan Tulis” atau “Whiteboard” gres menerangkan. Sedangkan, 22 orang pengajar [66.67%], yaitu “menulis sambil berbicara” atau menjelaskan. Tentu tindakan ini, kurang sesuai dengan prinsip media [prinsip tatap muka], sebab pengajar akan selalu membelakangi “pembelajar” dan pengajar selalu “berkomunikasi dengan papan tulis”, sementara “pembelajar” berhadapan dengan “bagian belang pengajar”. Dari sisi kesehatan, ketika pengajar menulis dan menjelaskan, tentu akan selalu menghirup “debu kapur tulis” atau “tiner dari spidol Whiteboard”, hal ini tentu akan berakibat atau mengganggu kesehatan pengajar itu sendiri .
Data ini, berdasarkan ekonomis penulis belaum “akurat” sebagai suatu penelitian. Tetapi sekurang-kurangnya, dari data ini kita sanggup mengetahui citra umum wacana kondisi pengajar ketika memakai Papan Tulis atau Whiteboard pada ketika menulis dan menjelaskan materi pelajaran.
Kemudian, dari hasil observasi wacana kondisi Pengajar memakai Papan Tulis atau Whiteboard pada proses pembelajaran di kelas, sanggup disimpulkan bahwa :
1] kebanyakan pengajar menulis sambil berbicara
2] goresan pena kurang rapi dan kurang jelas.
3] penulisan materi yang terlalu rumit dan tidak sederhana
4] goresan pena terlalu kecil, sehingga kurang jelas.
5] kurang teliti memakai spidol whiteboard, sehingga cepat habis.
6] menghapus papan tulis kurang bersih.

Sedangkan mengenai “manfaat memakai papan tulis atau whiteboard”, berdasarkan hasil wawancara dengan pengajar-pengajar yang memakai papan tulis atau whiteboard, diperoleh jawaban, komentar atau pendapat, sebagai berikut:
1] ekonomis biaya,
2] kekeliruan sanggup diperbaiki langsung,
3] bentuk goresan pena sederhana, rapi dan gampang dibaca,
4] penggunaan ruang/space papan tulis secara efektif dan efisien,
5] kebanyakan posisi membuktikan bangkit disamping papan tulis,
6] pengajar menulis hal-hal yang pokok-pokok saja.

Untuk lebih jelaskannya, perlu memperhatikan “gambaran perilaku bediri” didepan papan tulis atau whiteboard, ketika menulis dan menjelaskan materi pelajaran, sebagai barikut :
Gambaran Sikap Berdiri di depan Papan Tulis. Biasanya pada ketika memakai papan tulis, ada sebagian pengajar sering mengabaikan atau melupakan hal-hal [petunjuk] teknis yang selalu mengganggu proses pembelajaran di kelas. Untuk itu, perlu memperhatikan perilaku dan gaya bangkit di depan papan tulis pada ketika menjelaskan dan menulis materi pembelajaran, sebagai berikut :


1] Sikap Kurang Baik
Ketika menjelaskan dan menulis materi pembelajaran di papan tulis, pengajar sering melaksanakan hal-hal teknis yang dikategori perilaku yang ”kurang baik”, di antaranya:
[a] Posisi goresan pena yang terpencar-pencar
[b] Posisi bangkit pengajar yang menutupi goresan pena di papan tulis.
[c] Menunjuk goresan pena di papan tulis, tetapi ditutupi oleh pengajar sendiri.
[d] Posisi ibarat ini menyulitkan pembelajar untuk melihat pesan atau pelajaran di papan tulis.
[f] Eee, eee, pak pengajar menutupi pelajaran, to-long beritahu doong pada pak pengajar, ja-ngan menutupi materi pelajaran dipapan tulis, supaya kita sanggup mencatat dengan baik.

2] Sikap yang Baik
Ketika menjelaskan dan menulis materi pembelajaran di papan tulis, pengajar memperhatikan ”hal-hal teknis”, yang tidak akan meng -
ganggu pembelajar ketika mengikuti dan mencacat materi pelajaran di papan tulis, sebagai berikut :
[a] Tulisan sederhana, jelas, tersusun secara rapi, gampang dibaca, dan dilihat.
[b] Posisi bangkit di “samping papan tulis”, menunjuk goresan pena ke papan tulis, sehingga tidak menutupi goresan pena di pa-pan tulis.
[c] Ini ialah “sikap yang baik” di depan papan tulis .

2. Papan Flanel [Flanel Board]
Papan flanel merupakan media grafis yang efektif untuk menyajikan pesan-pesan tertentu kepada target tertentu pula. Bentuk papan flanel ialah papan yang berlapis kain flanel sehingga gambar yang akan disajikan sanggup dipasang dan dicopot atau dilepas dengan gampang dan sanggup digunakan berkali-kali. Selain gambar, untuk kelas-kelas rendah Taman Kanak-kanak , papan flannel lebih efektif digunakan untuk menempelkan karakter dan angka-angka .
Papan flanel [flannel board] termasuk salah satu media pembelajaran visual dua dimensi, yang dibentuk dari kain flanel yang ditempelkan pada sebuah papan atau tripleks, kemudian menciptakan guntingan-guntingan kain flanel atau kertas rempelas yang diletakkan pada kepingan belakang gambar-gambar yang berafiliasi dengan bahan-bahan pelajaran. Gambar yang akan ditempelkan pada papan flanel tidak akan gampang lepas, sebab adanya daya rekat yang tetap antara kain flanel atau kertas rempelas pada kepingan belakang gambar dengan kain flanel pada papan flanel [papan yang telah dilapisi kain flanel].



a. Tujuan pembuatan Papan Flanel
Papan flanel atau flannel board termasuk media pembelajaran visual dua dimensi. Maka, tujuan pembuatan papan flannel, sebagai berikut :
1] Membantu pengajar untuk membuktikan materi pelajaran
2] Mempermudah pemahaman pembelajar wacana materi pelajaran
3] Agar supaya materi pelajaran lebih menarik.

Dengan papan flanel atau flannel board, seorang pengajar sanggup memberikan materi pelajaran dengan baik untuk sanggup mencapai tujuan pembelajaran. Tetapi perlu diketahui “papan flannel” lebih efektif digunakan untuk materi pelajaran tertentu, ibarat menempelkan huruf, angka-angka dan gambar untuk “materi membaca”, “mengucapkan huruf” dan “mengenal gambar” bagi “pembelajar” pada kelas-kelas rendah TK.

b. Bahan, alat dan cara yang diharapkan untuk pembuatan Papan Flanel
Bahan dan alat yang dibutuhkan untuk menciptakan papan flannel sebagai media pembelajaran ialah :
1] kain flannel atau kertas rempelas,
2] papan atau tripleks,
3] materi perekat [lem],
4] gunting,
5] paku, dan
6] gambar atau materi pelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan dan tujuan pembelajaran.

Cara menciptakan papan flannel sebagai media pembelajaran, ialah sebagai berikut:
1] Untuk menciptakan papan flanel, yaitu : [a] siapkan papan atau tripleks, ukurannya diubahsuaikan dengan kebutuhan, [b] gunakan kain flannel, ukurannya diubahsuaikan dengan ukuran tripleks atau papan, dan [c] tempelkan kain flannel tersebut pada tripleks atau papan tersebut.
2] Kumpulkan gambar-gambar yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
3] Gambar yang akan digunakan, kepingan belakangnya ditempelkan kain flanel atau kertas rempelas, kemudian gambar tersebut ditempelkan pada tripleks yang telah diberi atau dilapisi kain flannel, sehingga gambar tersebut tetap menempel pada papan flanel.

c. Keuntungan Menggunakan Papan Flanel
Keuntungan memakai Papan Flanel sebagai media pembelajaran, sebagai berikut:
1] gambar-gambar dengan gampang ditempelkann
2] efesiensi waktu dan tenaga,
3] menarik perhatian “pembelajar”
4] memudahkan pengajar menjelaskan materi pelajaran.

Media papan flanel jarang atau mungkin tidak banyak digunakan dalam proses berguru di kelas untuk sekolah-sekolah ”tingkat atas” [SMU,SMP, dan SD]. Media papan flanel, lebih efektif digunakan untuk
pendidikan ”tingkat rendah”, ibarat Taman Kanan-kanak [TK], flay Groop, dan sekolah bermain lainnya.
Langkah-langkah dan cara memakai di dalam proses pembelajaran, sebagai berikut :
1] langkah pertama, sebelum mengajar, gambar yang telah diberikan kain flannel disiapkan terlebih dahulu,
2] langkah kedua, selanjutnya siapkan papan flannel dan gantungkan papan flanel tersebut di depan kelas atau pada kepingan yang gampang dilihat oleh pembelajar,
3] langkah ketiga, ketika pengajar akan membuktikan materi pelajaran dengan memakai gambar, maka gambar sanggup ditempelkan pada papa flanel yang telah dilapisi kain flanel .

Perlu diketahui, media papa flannel ini, jarang digunakan untuk proses pembelajaran tingkar dasar [SD], SMP, SMU, tetapi lebih banyak digunakan pada sekolah rendah TK.

3. Papan Buletin [Bulletin Board]
Papan bulletin [bulletin board], berbeda dengan papan flanel. Papan bulletin tidak dilapisi kain flanel tetapi gambar-gambar atau goresan pena pribadi ditempelkan dipapan tersebut.
a. Fungsi papan bulletin :
1] Papan bulletin sanggup digunakan untuk membuktikan sesuatu [materi pelajaran, informasi, cerpen, pengumuman, dll]
2] Memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu.
3] Semua bentuk media grafis sanggup memakai papan bulletin.
4] Termasuk pesan-pesan yang sifatnya verbal tertulis, ibarat :
[a] karangan
[b] berita,
[c] sajak, cerita-cerita pendek, dan
[d] gambar, poster, karikatur, dsb.
Media Papan Buletin [bulletin board], ba-nyak digunakan, baik di sekolah-sekolah, di rumah-rumah ibadah, maupun dilembaga-lembaga, dan orga-nisasi-organisasi so-sial. Sekarang ini, pa-pan bulletin, bentuk-nya telah dimodifikasi dengan dilapisi gabus,
memakai “paku jarun” [paku pines] untuk menem-pelkan informasi, gam-bar dan lain-lain. Papan bulletin medel ini, tidak lagi memakai lem, sehingga efektif dan efisien penggunaannya .

b. Kelebihan dan Kelemahan
Media Papan Buletin, juga mempunyai kelebihan dan kelemahan, sebagai berikut :
1] Kelebihan Papan Buletin [Bulletin Board]
[a] Bahan pelajaran atau informasi lainnya, sanggup dipasang di Papan Buletin.
[b] “pembelajar” sanggup menempelkan hasil karya mereka, berupa : cerpen, artikel, sajak, gambar, karikatur, kartun, poster dan karya-karya lain yang merupakan hasil kreasi dari pembelajar.
[c] Dapat digunakan untuk menempelkan suatu informasi atau pengumuman.
[d] Memiliki daya tarik dan sanggup memotivasi pembelajar untuk berkarya.

2] Kelemahan Papan Buletin [Bulletin Board]
Media Papan Buletin sifatnya terbuka, maka mempunyai kelemahan sebagai berikut :
[a] memudahkan orang lain sanggup melepaskan informasi yang tertempel pada Papan Buletin [Bulletin Board], baik sengaja ataupun tidak, sementara informasi tersebut penting atau masih dibutuhkan.
[b] memudahkan orang lain sanggup mencoret-rocet atau menambah coretan pada gambar atau tulisan, sehingga merusak keindahan gambar atau informasi yang tertempel di Papan Buletin [Bulletin Board].

4. Lembaran Balik
Lembaran balik, ialah lembaran kertas manilai atau flano yang bersi pesan atau materi pelajaran. Lembaran kertas manila atau flano tersebut sanggup digantungkan pada sebuah gantungan, sehingga memudahkan untuk dibalikkan. Lembaran Balik, memudahkan pengajar untuk membuktikan pelajaran atau informasi lain, baik gambar maupun tulisan. Bahan pelajaran atau gambar pada lembaran balik sanggup dijelaskan secara berurutan atau tahap demi tahap. Setiap lembaran balik yang berisi materi pelajaran atau gambar, sanggup diberi nomor seri.
a. Penggunaan dalam Proses Pembelajaran
Lembaran balik, memudahkan pengajar untuk menjelaskan pelajaran secara bertahap, yaitu :
1] Pengajar sanggup membuktikan suatu materi pelajaran pada lembaran
balik, kemudian lembaran balik tersebut dibalik untuk menerang-kan pelajaran pada tahap kedua dan setrusnya.
2] Pada waktu pengajar atau dosen menjelaskan materi pelajaran di Lembaran Balik, usahakan harus bangkit di samping kakan atau kiri lembaran balik, supaya tidak menghalangi pandangan pembelajar.
3] Gunakan alat penunjuk untuk menunjuk pada pesan atau materi pelajaran atau pada detail gambar di lembaran balik.
Suatu materi pelajaran atau informasi yang akan dijelaskan pada peserta didik dengan meng-gunakan lembaran balik, mungkin memerlukan 10 s/d 12 gambar atau diubahsuaikan dengan kebutuhan materi pelajaran dan waktu.
4] Lembaran-lembaran balik, sanggup di-gantungkan pada sebuah gantungan kayu atau besi yang berkaki .
5] Materi pelajaran sanggup dijelaskan secara bertahap, mulai dari halaman judul pelajaran, kemudian dilanjutkan dengan materi pelajaran pada lembaran balik tahap dua dan seterusnya.

b. Cara Membuat Lembaran Balik
Cara menciptakan Lembaran Balik untuk kepentingan proses pembelajaran di kelas, sebagai berikut:
1] Membuat “tempat gantungan” dari kayu atau besi disebut “rangka gantungan” atau “standar” lembaran balik. Apabila pengajar tidak sanggup menciptakan sendiri, maka sanggup memakai jasa tukang kayu atau tukang besi, untuk menciptakan “rangka gantungan ” atau standar Lembaran Balik tersebut.
2] Menggunakan “kertas manila atau flano” dengan ukuran standar yang banyak dijual di toko alat tulis, untuk menulis pesan atau materi pelajaran.
3] Apabila pengajar menulis atau menuangkan pesan materi pelajaran di lembaran balik, harus memakai hurup dengan “ukuran besar” atau standar. Hal ini, memudahkan “pembelajar” sanggup melihat pesan materi pelajaran di lembaran balik tersebut dengan baik, walaupun “pembelajar” yang posisi daerah duduknya dibagian belakang, akan sanggup melihat pesan materi pelajaran tersebut dengan baik.
4] Apabila pengajar memakai gambar, harus sesuai dengan materi pelajaran dan tujuan pembelajaran. Artinya, gambar tersebut dari sisi seninya bagus, dan sesuai dengan materi pelajaran dan juga mendukung tujuan pembelajaran.
5] Pesan materi pelajaran yang dituangkan pada lembaran balik, berisi matei yang pokok-pokok saja dan tidak perlu detail.
6] Lembaran balik harus mempunyai unsur keindahan, kerapian, kesederhanaan, keseimbangan, dan penonjolan.
7] Untuk mendukung keindahan lembaran balik, sanggup memakai “spidol warna”, asal jangan warna-warni.
8] Pada kepingan pelajaran tertentu yang dianggap penting, sanggup memakai “warna tertentu” atau “tanda-tanda tertentu” sebagai unsur penonjolan dari suatu informasi yang dituangkan pada lembaran balik.
9] Pengajar menggantung “lembaran balik” yang telah berisi pesan atau materi pelajaran ke “rangka gantungan” atau standar Lembaran Balik untuk dijelaskan kepada “pembelajar”.
10] Semua Lembaran Balik yang telah berisi pesan, baik berupa gambar atau pesan berupa goresan pena “harus sama besar”.
11] Apabila pengajar tidak sanggup menggambar dengan baik, sanggup mengambil gambar dari buku-buku, majalah, dan koran, kemudian diperbesar dengan “jasa foto kopy”, atau pengajar sanggup menggambar sendiri, apabila sanggup menggambar dengan baik.

c. Kelebihan dan Kelemahan Lembaran Balik
Media lembaran balik memudahkan pengajar membuktikan materi pelajaran atau informasi baik berupa gambar atau klarifikasi dalam bentuk kata-kata dan sanggup disampaikan secara bertahap. Tetapi, media inipun mempunyai kelebihan dan kelemahan, sebagai berikut :
1. Kelebihan Media Lembaran Balik
Media lembaran balik mempunyai kelbihan, di antaranya ialah sebagai berikut:
a] Lembaran balik, bermanfaat untuk materi pelajaran yang disajikan dengan memakai “gambar seri”, sehingga secara sedikit demi sedikit satu demi satu materi pelajaran tersebut disampaikan kepada “pembelajar”.
b] Gambar-gambar yang telah digunakan sanggup disimpan dengan baik, dan gambar-gambar tersebut sanggup digunakan lagi berulang-ulang.
c] Dengan memakai lembaran balik, tidak banyak waktu terbuang dalam menyajikan materi pelajaran atau suatu informasi, sebab pengajar telah menyiapkan materi pelajaran pada Lembaran Balik di rumah dan ketika akan memakai gres pengajar sanggup mengantungkannya pada daerah gantungan lembaran balik.
d] Lambaran balik, lebih menarik perhatian, minat “pembelajar”, sebab materi pelajaran diberikan secara berseri.
e] Lembaran balik, bila akan digunakan gres dipasang pada gantungannya.
f] Apabila ruangan kelas memungkinkan, sesudah pengajar memberikan meteri pelajaran, lembaran balik itu dipisah-pisahkan dan sanggup digantungkan di dinding, supaya pembelajar sanggup membaca kembali materi pelajaran yang telah disajikan.

2. Kelemahan Media Lembaran Balik
Media lembaran balik mempunyai kelemahan di antaranya, ialah sebagai berikut :
a] Pengajar merasa berat untuk menyiapkan Lembaran Balik di rumah, sebab masalah waktu, biaya, dan tenaga.
b] Pengajar merasa kurang hebat untuk menulis yang baik dan indah di lembaran balik.
c] Mungkin pengajar merasa tidak mempunyai keahlian untuk menciptakan daerah “rangka gantungan” atau standar untuk meng-gantungkan lembaran balik.


d. Alat-alat yang Dibutuhkan untuk Membuat Lembaran Balik
Alat-alat yang digunakan untuk menciptakan lembaran balik, sebagai berikut :
1] Kayu, besi, almunius, atau materi lain, untuk menciptakan rangka gan-tungan atau standar lembaran balik. Ukuran gantungan lembaran balik. Tinggi 150 cm, lebar 63 cm, atau ukurannya diubahsuaikan dengan kebutuhan dan pertimbangan kondisi ruangan. Sedangkan ukuran masing-masing “batangan kayu”, diubahsuaikan dengan kebutuhan, keserasian, dan keindahan sebuah rangka atau standar gantungan lembaran balik.
2] Gunakan kertas manila, flano, atau kertas lain yang tebal. Ukuran lembaran balik: lebar 63.5 cm dan tinggi 87 cm, atau diubahsuaikan dengan kebutuhan
3] Buatlah gambar atau kopy gambar dari buku-buku, majalah, dan koran yang besarnya diubahsuaikan dengan kertas manila yang telah disiapkan.
4] Alat bantu lain, yang diharapkan ibarat pensil, spidol, cat minyak, gunting, lem, gergaji kayu atau besi paku dan lain-lain.


Apabila tidak mempunyai rangka gantungan, pengajar sanggup men-jepitkan lembaran balik tersebut pada papan tulis dengan memakai “penjepit kertas” yang agak besar dan banyak dijual di toko alat-alat tulis. Hal ini memudahkan pengajar untuk menjelaskan materi pelajaran dengan memakai lem-baran balik dan tidak tergantung pada “rangka gantungan” lembaran balik.
Keterangan:

Secara rinci penggunaan kayu dan kertas manila atau flano untuk pembuatan Lembaran Balik, sebagai berikut :
1] Tinggi kayu 150 cm, dibutuhkan 2 [dua] batang kayu untuk sisi kiri dan kanan dengan ukuran 2x4x150 cm atau diubahsuaikan dengan kebutuhan.
2] Lebar standar gantungan : 63 cm. Kayu yang dibutuhkan :
[a] untuk daerah gantungan kertas, berbentuk lingkaran 1 [satu] buah, dengan ukuran kayu ± 3 c x 63 c, dan
[b] kayu peyangga tengah “persegi empat” dengan ukuran 2x4x63c.
3] Jarak antara ujung kayu atas dengan daerah gantungan kertas : 5 c.
4] Jarak antara penyangga tengah dengan daerah gantungan kertas dibagian atas : 85 c.
5] Jarak antara ganjal [spatu] dengan pe-yangga tengah : 62 c.
6] Dibutuhkan dua buah ganjal [spatu] dengan ukuran: 8x10x30c. Alas [spatu] diusahakan “bebannya
agak berat”, sebab berfungsi untuk menahan beban kayu dan kertas manila atau karton yang digantungkan.
7] Kertas manila atau karton yang digu-nakan berukuran : lebar 63.5 c, tinggi 87 c dan tebal sesuai dengan kertas manila dan karton yang dijual di toko alat-alat tulis.

Sebagai calon pengajar dan pengajar harus berani dan selalu mencoba untuk mendisain, menciptakan dan latihan memakai media pembelajaran. Tidak perlu takut salah dan gagal, sebab pada umumnya keberhasilan bermula dari mencoba dan mungkin salah dan gagal. Dari mengevaluasi kesalahan dan kegagalan tersebut, kita akan selalu ingat bahwa hal tersebut sudah pernah kita lakukan itu salah dan gagal. Belajar dari kesalahan dan kegagalan tersebut, kita mencoba untuk mencapai keberhasilan. Nilai dari sebuah keberhasilan dan kegagalan sebetulnya bukanlah dinilai dari hasil tamat saja, tetapi juga dinilai dari proses yang telah dilakukan.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Mengenal Banyak Sekali Media Pembelajaran (Bag. 1)"

Post a Comment

Powered by Blogger.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel