Curhat Yang Mengguru...


Beberapa ahad yang lalu, siswa-siswa saya beri kiprah untuk menuliskan pengalaman aktual mereka terkait pelajaran yang telah mereka terima. Setelah terkumpul dan saya baca, ternyata sungguh LUAR BIASA. Membaca tulisan-tulisan mereka, seperti saya sedang berbicara dengan mereka. Mereka belum dewasa yang luar biasa. Saya merasa seolah mereka sedang ‘curhat’ kepada saya. Saya pun menjadi merasa akrab, merasa dekat.
Cerita-cerita mereka, meskipun sederhana, ibarat sedang meminta kepada saya “pahamilah kami…”. Di balik keriuhan mereka di kelas, di balik kenakalannya, ternyata ada kelembutan hati, ada ketulusan jiwa, dan keluguan sikap. Hanya saja mungkin selama ini kami para guru hanya kurang mengerti tingkah laku mereka, sehingga terkadang predikat ‘nakal’ itu begitu saja kami sematkan pada mereka. Berikut beberapa kisah mereka pada saya.

Tawakkal, yakni perilaku berserah diri kepada Allah SWT sesudah berusaha melaksanakan perjuangan dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati. Tak gampang orang bisa bertawakkal apabila dalam semua usahanya tak kunjung menemui hasil. Namun dalam kehidupan sehari-hari kita bisa menggandakan dan mengambil pola orang yang selalu bertawakkal.
Sikap tawakkal tersebut pernah diterapkan oleh tetangga dekat rumah kami. Dalam pandangan saya, ia yakni seorang figur yang baik hati, penyabar dan rendah hati. Tak hanya itu, dalam segi keimanan dia termasuk orang yang taat dalam menjalankan perintah agama.
Kisah tersebut berawal ketika ia mendadak sakit. Menurut diagnosa dokter ia mengidap kanker. Banyak hal yang sudah dia lakukan, dari mencoba obat tradisional, penyembuhan alternatif, hingga berobat ke dokter pun sudah dicobanya. Namun apa yang ia lakukan belum juga mendapat hasil yang menggembirakan.
Beliau tak pernah mengalah dan frustasi dan hanya dengan rasa percaya diri dan perilaku berserah diri kepada Allah SWT ia mencoba tetap sabar dan tawakkal. Hingga apa yang menjadi doanya selam ini dikabulkan oleh Allah. Penyakit yang selama ini diderita pun jadinya sembuh.
Dari apa yang saya ceritakan diatas kita bisa mengambil hikmahnya dan bisa menginspirasi kita dan para generasi penerus perihal moral mulia dan rasa tawakkal. Bersyukur atas setiap apa yang kita punya, bersabar atas segala cobaan yakni kunci dalam menjalani kehidupan ini.
(Rahayu, siswi kelas VIII Sekolah Menengah Pertama N 2 Jambu)

Pada suatu hari, ada tetangga saya yang mengidap penyakit kanker payudara. Dia tidak sedih dan berusaha untuk sembuh. Meskipun sudah berobat kemana-mana, namun masih tidak sembuh hingga jadinya ia dibawa ke rumah sakit umum Ambarawa. Ia pun menjalani operasi dan jadinya dinyatakan sembuh.
Setelah sembuh ia tidak menjadi sombong. Sudah usang ia menunggu penyakitnya sembuh dan meskipun sudah berkali-kali ia tidak berhasil namun ia tetap frustasi dan berlarut dalam kesedihan.
(Ima Fadhatul, siswi kelas VIII Sekolah Menengah Pertama N 2 Jambu)

Waktu ayah dan ibuku menanam padi di sawah, beberapa ahad kemudian ternyata sebagian tanaman ayah dan ibuku itu dimakan hama. Ayah dan ibuku menghadapinya dengan sabar dan tabah. Ayah dan ibuku hanya bisa berserah diri kepada Allah. Mereka masih bersyukur alasannya yakni tidak semua tanaman padinya dimakan hama. Mereka akan meningkatkan usahanya semoga sanggup meraih keberhasilan kelak, dengan disertai doa tentunya.
(Devi Tri Sulistiya, siswi kelas VIII Sekolah Menengah Pertama N 2 Jambu)

Paman saya yakni seorang ketua RT. Orangnya sangat kaya, tetapi tidak sombong. Ia selalu menunjukkan uang kepada adik dan keponakan-keponakannya, termasuk saya.
Suatu ketika, paman kehilangan uang sebesar Rp. 150.000, namun ia tidak mengeluhkan hal itu. Paman saya berdoa kepada Allah. Beberapa kali paman meminjami uang kepada tetangganya, tapi tidak sedikit yang tidak mengmbalikan pinjaman itu. Paman tidak mengeluh dan tetap bersabar. Paman bilang “Yach itung-itung sedekah…”.
Saya sangat kagum padanya. Ia yakni orang yang tidak pernah membenci orang. Pernah suatu kali paman dituduh oleh seseorang. Paman hanya menghadapinya dengan tersenyum, tanpa kemarahan. Dan jadinya tuduhan itu terbukti salah dan hanya merupakan salah paham belaka.
(Sariyatun, siswi kelas VIII Sekolah Menengah Pertama N 2 Jambu)

Peristiwa ini merupakan pengalaman pribadi saya sendiri.
Dulu saya pernah diutus untuk mengikuti Lomba Cerdas Cermat. Saya pun mempersiapkan diri satu ahad sebelum pelaksanaan lomba itu, mulai dari berguru tekun, menuntaskan tugas-tugas sekolah, hingga melaksanakan sholat malam (tahajjud). Semua semoga Allah memberi kelancaran bagi saya dalam mengikuti lomba.
Ketika datang saatnya berlomba, persaingan dengan akseptor yang lain cukup ketat. Dan jadinya regu kami harus berhenti di babak penyisihan. Sungguh saya merasa sedih dan agak tidak percaya. Lomba itu merupakan yang pertama kalinya bagi saya, saya takut dimarahi oleh ibu guru. Tapi kan saya sudah berusaha dan tawakkal. Apabila saya dimarahi ya saya terima, apabila tidak ya alhamdulillah.
Sesampainya di sekolah, saya tidak dimarahi oleh ibu guru. Biarpun peringkat ke-5, tapi asalkan kita sudah berusaha semaksimal mungkin, saya tetap bersyukur. Kekalahan yakni kemenangan yang tertunda. Saya sangat berterima kasih kepada Allah alasannya yakni sudah mengabulkan doa saya, biarpun tidak bisa peringkat 3 besar, tapi regu kami bukan yang terendah, bahkan ada yang tidak mendapat peringkat.
(Khoirul Ummah, siswi kelas VIII Sekolah Menengah Pertama N 2 Jambu)

Teman saya mempunyai Budhe yang berjulukan Budhe Yulia. Budhe Yulia mempunyai seorang suami dan anak yang berjulukan mbak Woro. Mbak Woro yakni dokter anak, yang sudah berumah tangga dan mempunyai satu anak perempuan.
Setelah ibu dan bapaknya pensiun, mbak Woro dan suaminya menjadi tulang punggung keluarga. Mbak Woro dan suaminya mempunyai sebuah mobil, tapi kendaraan beroda empat itu digunakan oleh suaminya bekerja yang jaraknya tidak mengecewakan jauh dan berbeda arah dengan kawasan kerja mbak Woro. Kemudian oleh ayah dan ibunya, mbak Woro dibelikan sebuah mobil, hasil dari tabungan Budhe Yulia dan suaminya.
Pada hari Minggu, mbak Woro beserta anak dan suaminya mencoba kendaraan beroda empat gres dukungan orang tuanya itu. Namun naas, dalam perjalanan mereka mengalami kecelakaan dan jadinya mereka terluka. Mobil gres nan mengkilap yang mereka naiki bermetamorfosis rongsokan yang tiada nilainya. Budhe Yulia bersedih, namun tidak lantas berduka. Ia berusaha menghibur keluarga anaknya itu, kalau Allah memang berkehendak, maka terjadilah. Kita hanya bisa pasrah dan memohon yang terbaik, kata Budhe Yulia.
(Eva Suci N, siswi Sekolah Menengah Pertama N 5 Ambarawa)

Suatu waktu, tetangga saya membuka toko/warung yang sangat besar dan megah. Orang itu tidak sombong meskipun kaya raya. Ia berjualan dengan sangat laris. Ternyata ada salah seorang tetangganya yang iri/tidak suka dengan hal itu. Orang itu memfitnah tetangga itu sehingga tokonya tidak laku lagi. Setelah itu tokonya bangkrut, sehingga menjadikan mereka harus menjual toko dan rumahnya. Meskipun begitu mereka tidak berputus asa, tetap tawakkal, sabar, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Mereka menganggap semuanya sebagai cobaan dari Allah. Selama itu pula mereka selalu bekerja keras. Akhirnya mereka pun mendapat hasil dari kerja kerasnya itu dan mereka bisa membeli tokonya kembali.
(Elin Esdarini, siswi Sekolah Menengah Pertama N 5 Ambarawa)

Cerita ini berawal dari seorang bapak yang sudah hampir frustasi dengan keadaan yang dideritanya. Ia menderita penyakit kanker yang cukup parah.
Bapak itu terus berusaha semoga penyakit yang dideritanya bisa sembuh. Biaya yang dikeluarkan untuk berobat sudah cukup banyak. Hingga jadinya jalan terakhir yakni operasi. Jika dengan jalan itu tidak bisa, maka bapak itu harus basuh darah seumur hidup. Akhirnya bapak itu meminta tolong kepada para anak yatim yang ada di pondok pesantrennya untuk membacakan surat Al-Fatihah sebanyak tujuh kali setiap hari.
Selama satu bulan dibacakan surat Al-Fatihah, jadinya bapak itu sembuh. Bapak itu sangat bersyukur kepada Allah SWT. Harta yang dimiliki, ia relakan semuanya demi kepentingan anak yatim, masjid, dan yang sebagian untuk kepentingan masyarakat yang tidak mampu. Bapak itu selalu merelakan hartanya demi orang yang membutuhkan. Bapak itu juga selalu bersyukur kalau mendapat karunia.
(Desi Ambarwati, siswi kelas VIII Sekolah Menengah Pertama N 5 Ambarawa)

Pada suatu hari ketika saya dan teman-teman saya kelas 6 SD akan melaksanakan UASBN, saya dan teman-teman berfikir untuk mengadakan berguru bersama.
Pada suatu malam ketika saya sedang berdoa, saya meminta semoga saya mendapat nilai yang anggun dan memuaskan. Selain itu, saya juga berdoa semoga saya diberi kesehatan dan keselamatan semoga saya sanggup melaksanakan UASBN dengan baik.
Malam menjelang UASBN berlangsung saya malah sakit, saya terkena penyakit DBD. Malam itu saya belum berguru dan paginya ketika saya melaksanakan UASBN saya tidak konsentrasi alasannya yakni kepala saya sakit sekali. Saya tidak tahu bagaimana nanti hasil nilai UASBN saya. Saya hanya bisa bersabar dan berdoa kepada Allah SWT serta menyerahkan semuanya kepada Allah Yang Maha Kuasa.
(Devi Susanti, siswi kelas VIII Sekolah Menengah Pertama N 5 Ambarawa)

Di desa kawasan saya tinggal ada seorang suami istri yang kaya. Mereka mempunyai 2 orang anak laki-laki. Anak yang pertama mungkin kini sudah kelas XII Sekolah Menengan Atas dan yang kedua masih seumurku. Tapi kakaknya temanku itu meninggal alasannya yakni komplikasi penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) dan liver. Dia sudah mengidap penyakit itu ketika ia liburan kenaikan kelas sekitar tahun 2006. Sebenarnya ia ingin sekali bersekolah lagi di Sekolah Menengah Pertama N 5 ini. Tetapi alasannya yakni harapan orang tuanya untuk menyekolahkan ke Sekolah Menengah Pertama N 2. Ia sangat kaget padahal ia ingin sekali bersekolah di Sekolah Menengah Pertama N 5 Ambarawa.
Saat sekolah kurang lima hari, ia menghembuskan nafas terakhirnya dengan berkata kepada adiknya “Dik, jaga ayah dan Ibu” sesudah itu adiknya mengucapkan ”Innalillahi wa inna ilaihi rajiun” sambil menangis. Kakaknya itu dimakamkan di samping sekolah saya. Saya sangat terharu melihat sobat saya, saya turut berduka. Setelah melaksanakan upacar 7 hari, 40 hari, 100 hari dan 1000 hari, orang tuanya ingin sekali mempunyai anak pria lagi. Dia selalu melaksanakan shalat lima waktu, shalat tahajjud dan shalat-shalat lainnya. Ia berserah diri kepada Allah SWT Sang Maha Pencipta alam jagat raya ini.
Beberapa bulan kemudian, ia dikaruniai seorang bayi yang masih dalam kandungan. Ia berharap anak itu pria akan tetapi alasannya yakni ia teledor menjaga bayi itu, jadinya ia keguguran dan dimakamkan dibelakang rumahnya hingga kini ini. Tetapi dia tak akan lupa kenangan itu alasannya yakni ia sangat menyayangi anak itu.
(Yustika Lintang P., siswi kelas VIII Sekolah Menengah Pertama N 5 Ambarawa)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Curhat Yang Mengguru..."

Post a Comment

Powered by Blogger.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel