Mengenal Media Audio, Visual, Dan Audio-Visual

Komunikasi yang bersifat auditif sangat mendominasi kehidupan manusia, demikian halnya dengan kegiatan pengajaran, mulai tingkat sekolah dasar hingga perpengajaran tinggi, penggunaan komunikasi audio banyak dipergunakan dibandingkan dengan kegiatan komunikasi lainnya. Media audio untuk pembelajaran, dimaksudkan sebagai materi yang mengandung pesan dalam bentuk auditif [pita bunyi atau piringan suara], yang sanggup merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan pembelajar, sehingga terjadi proses pembelajaran .
Media audio ialah segala macam bentuk media yang berkaitan dengan indera pendengaran, termasuk dalam kelompok media audio . Karena media audio berkaitan dengan indera pendengaran, maka pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambing-lambang auditif, baik verbal [kata-kata atau bahasa lisan] maupun non-verbal.
Dari pengertian di atas, sanggup diidentifikasi perangkat media audio yaitu terdiri dari : [1] Perangkat keras [hardware] berupa alat-alat eloktronik atau alat-alat lainnya. [2] Perangkat lunah [software] atau material audio yang berupa rekaman pita bunyi atau radio kaset, rekaman piringan hitam, dan naskah jadwal siaran radio. Untuk piringan hitam, tidak akan dibahas lantaran jenis media ini sudah semakin dijumpai, selain itu dalam proses pembelajaran piringan hitam jarang digunakan, lantaran memang kurang mudah serta sukar pengadaannya. Beberapa jenis media audio, visual, dan audio-visual, sebagai berikut :
a] Audio kaset
b] Radio
c] Televisi
d] Video /VCD
e] Saund slide projector
f] Film projector
g] Lab. Bahasa
h] Komputer dan LCD

1. Media Audio
Penyajian pengajaran atau pengetahuan melalui pendidikan Audio Pengalaman Mendengar dan pendidikan Visual Pengalaman Melihat. Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi bersifat auditif mendominasi manusia. Suatu metode untuk memberikan informasi berdasarkan prinsip psikologi, yaitu : seseorang akan memperoleh “pengertian lebih baik dari sesuatu yang sanggup dilihat dari pada didengar”

a. Media Audio Kaset
Audio kaset, berupa pita maknetis yang sanggup menghasilkan bunyi jikalau diputar dalam tape recorder. Alat ini sudah sedemikian memasyarakat, sehingga sanggup dikatakan sudah menjadi cuilan penting bagi kehidupan manusia. Hanya saja audio kaset, selama ini lebih banyak dimanfaatkan untuk kepentingan hiburan, terutama untuk rekaman musik hiburan. Sementara penggunaan audio kaset untuk kepentingan proses pembelajaran dirasakan belum memasyarakat secara maksimal. Sebagai media pembelajaran, audio kaset cukup efektif dan efesien untuk dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.
Rekaman audio merupakan jenis media yang tepat digunakan untuk pembelajaran bahasa, latihan membaca Qur’an, dan latihan-latihan yang bersifat verbal. Misalnya, rekaman untuk pelajaran bahasa asing, rekaman pidato, rekaman pendidikan seni, rekaman kegiatan diskusi dan seminar, rekaman bacaan al-Qur’an, rekaman ucapan huruf-huruf [mahraj] al-Qur’an, rekaman pelajaran pendidikan agama untuk suatu lembaga pengajian, rekaman bacaan-bacaan salat, doa-doa haji, dan sebagainya. Namun yang perlu diperhatikan ialah rekaman materi pelajaran yang dikemas harus diubahsuaikan dengan tuntutan kurikulum, tujuan pembelajaran, metode, dan kondisi pembelajar. Pembelajaran wacana pengucapan [pronounciation] dan keterampilan mendengar [listening skill] akan sangat efektif jikalau memakai media ini. Media ini keuntungannya cukup efektif dan efesien dalam proses pembelajaran.
1] Manfaat Media Rekaman Audio Kaset
Manfaat media rekaman audio kasset, sebagai media pembelajaran sebagai berikut :
[a] Menyajikan kegiatan di luar kelas dan bahkan di luar sekolah, contohnya wawancara, rekaman kegiatan, dan sejenisnya.
[b] Menimbulkan aneka macam kegiatan, contohnya diskusi, dramatisasi dan sejenisnya.
[c] Memberikan efesien dalam pengajaran bahasa dan musik .
[d] Pada pelajaran pendidikan agama Islam, sanggup menawarkan efesiensi dalam pengajaran al-Qur’an, tuntunan bacaan salat, tuntunan bacaan doa-doa ibadah haji, dan sebagainya.

2] Karakteristik Posetif Media Audio Kasset
Karakteristik posetif media auidio kasset, sebagai media pembelajaran ialah sebagai berikut :
[a] Untuk tujuan kognitif, audio kaset sanggup digunakan untuk mengajar pengenalan bunyi suatu objek belajar
[b] Untuk tujuan psikomotorik, audio kaset sanggup digunakan untuk mengajar keterampilan verbal
[c] Materi pelajaran sudah terpaket sedemikian rupa sehingga gampang direproduksi
[d] Pengadaan relatif mudah, terutama jikalau dibandingkan dengan media audio-visual.
[e] Dapat diisi dengan pengajaran berprogram, sehingga sanggup digunakan untuk berguru berdikari atau berguru sendiri.
[f] Dapat memotivasi suasana belajar, lantaran sanggup dilengkapi dengan unsur musik.
[g] Mudah penggunaannya, terutama sifatnya yang gampang digunakan dan sanggup diputar kembali secara berulang-ulang sesuai dengan harapan .

3] Karakteristik negatif audio kasset
Selain karakteristik posetif media audio kasset di atas, media ini juga mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya :
[a] Daya jangkau terbatas
[b] Apabila diperuntukan untuk jang-kauan luas, pengadaan mahal .
[c] Kurang efektif untuk materi pelajaran yang mempunyai kadar kesukaran tinggi, mirip matematika, kimia, dan fisika.
[d] Audio kaset lebih gampang membuat suasana jenuh dan membosankan .

b. Media Radio
Eloktronik secara teknis ialah sebuah alat eloktronik yang dilengkapi dengan perangkat akseptor gelombang eloktromaknetis dan perangkat penyiaran. Maka dalam konteks ini, pengertian radio sebagai media pembelajaran lebih ditonjolkan pada radio siaran [broadcast] . Dengan demikian, radio merupakan media audio yang disiarkan. Program radio telah usang digunakan sebagai siarana pembelajaran untuk memberikan meteri pembelajaran pada beberapa lembaga pendidikan jarak jauh di seluruh dunia termasuk Indonesia. Jadi, fungsi media radio ialah memberikan pesan materi pelajaran yang sanggup didengar oleh akseptor pesan atau pembelajar. Madia radio sebagai media pembelajaran tentu mempunyai keterbatasan dan kelebihan.

1] Kelebihan Media Radio
Media radio merupakan media siaran, juga sanggup digunakan sebagai media pembelajaran untuk memberikan meteri pembelajaran dan pada beberapa lembaga pendidikan jarak jauh media ini sudah lazim digunakan. Radio sebagai media siaran memeiliki kelebihan, sebagai berikut :
[a] Harganya relatif murah dan variasi programnya lebih banyak dari pada TV.
[b] Mudah dipindahkan [mobile].
[c] Jika digunakan tolong-menolong dengan alat perekam radio sanggup mengatasi problem jadwal.
[d] Program radio sanggup direkam dan diputar lagi sesuka pemakai.
[e] Program radio sanggup menyebarkan daya imajinasi.
[f] Media radio sanggup merangsang partisipasi aktif pendenagar [pembelajar].
[g] Radio sanggup memusatkan perhatian pembelajar pada “kata-kata” yang digunakan, pada bunyi, dan artinya.
[h] Siaran lewat bunyi terbukti amat tepat atau cocok untuk mengajarkan musik, bahasa, dan al-Qur’an.
[i] Radio sanggup mengerjakan hal-hal tertentu secara lebih baik, jikalau dibandingkan dengan yang dikerjakan oleh pengajar, antara lain:
[1] Radio, sanggup menampilkan “pengajar-pengajar yang ahli” dalam bidang studi tertentu, sehingga sanggup mengatasi kasus kekurangan pengajar yang layak untuk mengajar.
[2] Pelajaran yang disajikan lewat jadwal radio lebih bermutu, baik dari segi ilmiah maupun metodis.
[3] Radio sanggup menyajikan laporan-laporan seketika [on the sport]. Pelayanan radio yang sudah maju mempunyai banyak sumber di perpustakaan yang siap dipakai.
[4] Siaran-siaran yang nyata sanggup membuat suasana kesejukan [immediciacy] pada sebagian besar topik.
[j] Radio sanggup mengerjakan hal-hal tertentu yang tak sanggup dikerjakan oleh pengajar. Dengan program-program radio, sanggup menyajikan pengalaman-pengalaman dunia luar ke kelas.
[k] Dengan jadwal radio, sanggup mengatasi keterbatasan ruang dan waktu serta daya jangkauannya cukup luar .

2] Kelemahan Media Radio
Selain kelebihan, media radio juga mempunyai kelemahan-kelemahan. Kelemahan media radio, sebagai berikut :
[a] Sifat komunikasinya hanya satu arah [one way communication].
[b] Siarannya disentralisasikan sehingga pengajar tidak sanggup mengontrolnya.
[c] Proses integrasi siaran radio ke dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas seringkali menyulitkan . Artinya, penjadwal pelajaran dan siaran sering menimbulkan masalah.
[d] Program siaran lebih banyak hiburan, sehingga tidak sanggup diisi dengan materi pelajaran dalam porsi yang banyak.
[e] Kurang sanggup membahas mata pelajaran secara mendalam, lantaran dibatasi oleh jam siaran suatu jadwal siaran radio.
[f] Komunikasi satu arah, maka memrlukan perhatian serius untuk mengingat materi yang telah disampaikan lewat jadwal siaran radio. Bagi pendengar atau pembelajar yang lemah daya ingatnya akan mengalami kesulitan untuk mengingat-ingat kembali materi pelajaran yang telah disampaikan.


3] Hal-hal tertentu sanggup dikerjakan
Selain kelebihan dan kelemahan dari media radio yang dikemukan di atas, ada beberapa hal tertentu yang sanggup dikerjakan, yaitu:
[a] Program pengajaran melalui media radio akan menampilkan pengajar hebat dalam bidang tertentu, yang mungkin jarang ditampilkan di sekolah atau di kelas.
[b] Program siaran radio lebih bermutu dari segi ilmiah dan metodisnya.
[c] Program siaran radio laporan-laporannya seketika [on the spot], lantaran banyak sumber.
[d] Program siaran radio, suasana kesejukan dan jadwal siarannya tetap aktual.
[e] Mengerjakan hal-hal tertentu yang mungkin tidak sanggup dikerjakan oleh pengajar di kelas.
[f] Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu serta daya jangkauannya sangat luas.

c. Media laboratorium bahasa
Laboratorium bahasa, dikategorikan sebagai media audio, lantaran media ini memakai seperangkat “alat-alat audio” yang berupa taperecorder dan pita kaset yang disalurkan melalui kabel pada headphone. Dengan perangkat alat-alat ini, jadwal pengajaran bahasa sanggup mengkoordinasi pendengaran pembelajar sehingga lebih terkonsentrasi pada materi pelajaran bahasa . Laboratorium bahasa, merupakan alat untuk melatih pembelajar mendengar dan berbicara dalam bahasa absurd dengan jalan menyajikan materi pelajaran yang disiapkan sebelumnya. Media yang digunakan ialah alat perekam . Jadi, sanggup dikatakan bahwa media laboratorium bahasa, terdiri dari : [1] Media audio, terdiri dari seperangkat alat-alat eloktronik auditif. [2] Melatih pembelajar mendengarkan dan berbicara.
1] Manfaat media laboratorium bahasa
Madia laboratorium sebagai media audio mempunyai beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut :
[a] Latihan pendengaran, sehingga seseorang sanggup melafalkan kata-kata absurd yang didengar melalui headphone secara fasih mirip aslinya.
[b] Latihan mengucapkan, pembelajar menirukan ucapan pengajar yang melalui headphone secara baik dan tepat.
[c] Pembelajar sanggup membandingkan ucapannya dengan ucapan pengajar.
[d] Pembelajar sanggup segera memperbaiki kesalahan-keselahan yang dibuatnya .
[e] Laboratorium bahasa, selain dimanfaatkan untuk pengajaran bahasa asing, juga sanggup dipergunakan untuk pengajaran al-Qur’an. Pengajaran membaca al-Qur’an juga mengandalkan “pendengaran” [audio] untuk mengidentifikasi ucapan huruf-huruf secara benar dan fasih. Maka dengan pengajaran membaca al-Qur’an melalui laboratorium bahasa, pembelajar sanggup mendengarkan bacaan al-Qur’an secara terang dan fasih dari pengajar, pembelajar sanggup menirukan ucapan dan bacaan pengajar, dan sekaligus sanggup mendengarkan bacaan sendiri, pembelajar sanggup membandingkan bacaannya sendiri dengan bacaan pengajarnya, dan sanggup melaksanakan perbaikan apabila terjadi kesalahan bacaan dari pembelajar itu sendiri.

Tekanan utama “media laboratorium bahasa” ialah pada: [1] “pendengaran”, yaitu cara mendengarkan yang benar sangat penting dalam proses berguru bahasa absurd dan berguru membaca al-Qur’an, sehingga tidak terjadi salah persepsi, mengucapkan, membaca serta menawarkan makna atau terjemahan. Apabila kesalahan dalam mendengar akan mengacaukan ucapan, bacaan dan pemaknaan selanjutnya yang juga berakibat pada kesalahan persepsi. [2] Latihan mengucapkan dengan baik dan fasih, maka untuk pembelajaran membaca Qur’an, lebih efektif sanggup dilakukan dengan memakai media Laboratorium Bahasa.
Tetapi perlu diketahui bahwa pengadaan laboratorium bahasa cukup mahal, lantaran memerlukan biaya yang cukup besar, sehingga jarang sekolah-sekolah mempunyai laboratorium bahasa sendiri. Selain mahal pengadaannya, juga daya tampung laboratorium bahasa sangat terbatas, paling banyak sanggup menampung maksimal 30 pembelajar.

2. Media Visual
Pada mulanya pada proses pembelajaran hanya memakai pendekatan verbal, yakni membaca dan menulis. Baru pada pertengahan tahun 1960-an mulai muncul konsep keterbacaan visual, dalam bentuk grafik mirip sketsa, gambar, foto, diagram, table dan lain-lain. Dengan demikian dalam buku-buku pelajaran mulai ditampilkan pesan-pesan visual melalui aneka macam gambaran untuk memperjelas keterbacaan visual. Labih dari itu, pesan-pesan visual disajikan pula dalam aneka macam media massa mirip televisi, percetakan dan produksi. Pesan-pesan visual sangat efektif dalam memperjelas informasi, bahkan lebih jauh lagi sanggup mempengaruhi perilaku seseorang, membentuk opini masyarakat dan lain-lain .
Pada beberapa penelitian, karenanya memperlihatkan bahwa “pengajaran akan lebih efektif apabila objek dan kejadian yang menjadi materi pengajaran sanggup divisualisasikan secara realistik mirip keadaan yang sebenarnya, namun tidak berarti bahwa media harus selalu mempunyai keadaan yang sebenarnya. Sebagai pola ialah model. Artinya, sekalipun model merupakan citra nyata dari objek dalam bentuk tiga dimensi tidak sanggup dikatakan realistik sepenuhnya. Namun demikian, model sebagai media pembelajaran sanggup memberi makna terhadap isi pesan dari keadaan yang sebenarnya.

a. Pesan Visual dan Proses pembelajaran
Dari klarifikasi di atas, tanpaknya perlu mempelajari “pesan visual” sebagai media dalam hubungannya dengan proses pembelajaran. Artinya, bagaimana pengajar dan “pembelajar” memanfaatkan pesan visual untuk mempertinggi proses pembelajaran. Sebab, keterampilan “memahami pesan visual” sanggup diartikan sebagai kemampuan mendapatkan dan memberikan pesan-pesan visual tersebut.
Kemampuan mendapatkan pesan visual meliputi kemampuan “membaca pesan visual” secara tepat, memahami makna yang terkandung di dalamnya, menghubungkan unsur-unsur isi peasan visual dengan pesan verbal atau sebaliknya, serta bisa menghayati nilai keindahan visualisasi tersebut. Sedangkan kemampuan memberikan pesan visual ialah meliputi menvisualisasikan pesan verbal, melukiskan atau menvisualisasikan makna isi pesan dan menyederhanakan makna dalam bentuk visualisasi .

b. Belajar dari pesan Visual
Belajar dari pesan visual memerlukan keterampilan, lantaran dengan melihat pesan visual tidak dengan sendirinya seseorang akan bisa berguru daripadanya. Itulah sebabnya “pembelajar” harus dibimbing semoga sanggup mendapatkan dan menyimak pesan-pesan visual secara tepat.
Salah satu teknik efektif ialah menuntutnya untuk melihat dan membaca pesan-pesan visual pada aneka macam tahapan yang dimulai dari : Pertama, fase differensiasi, yaitu di mana “pembelajar” mula-mula mengerti, mengidentifikasi dan menganalisis terlebih dahulu unsur-unsur suatu unit pengajaran dalam bentuk pesan-pesan visual tersebut. Kedua, fase integrasi, yaitu peseta didik menempatkan unsur-unsur visual tersebut secara serempak, kemudian menghubungkan keseluhan pesan visual kepada pengalaman-pengalamannya. Ketiga, kesimpulan dari pengalaman visualisasi tersebut dan kemudian membuat konseptualisasi gres dari apa yang telah mereka pelajari sebelumnya .
Nana Sudjana, menyampaikan bahwa hasil penelitian Seth Spaulding wacana bagaimana “pembelajar” berguru melalui gambar, sanggup disimpulkan , sebagai berikut : [1] Ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang sanggup menarik minat berguru “pembelajar” secara efektif. [2] Ilustrasi gambar merupakan perangkat tingkat abstarak yang sanggup ditafsirkan berdasarkan pengalaman di masa lalu, melalui penafsiran kata-kata. Dengan demikian, pengajar hendaknya berhati-hati dalam tetapkan pengalaman artistik maupun pengalaman lingkungan di masa lampau. Pengalaman “pembelajar” di bidang seni sanggup menentukan keberhasilannya dalam menafsirkan ilustrasi.
Pengalaman dengan perlbagai jenis adegan yang dilukiskan juga sanggup mempengaruhi keberhasilan penafsiran terhadap gambaran gambar dalam meteri pengajaran . Sebagai pola saja : pengalaman “pembelajar” “belajar salat” dan “melaksanakan salat”, akan sanggup mempengaruhi keber-hasilannya dalam menafsirkan “ilustrasi gambar” [lihat gambar: 3]. Pembelajar yang telah berguru wacana “ibadah haji” akan
memeliki kemampuan untuk menafsirkan gambaran gambar . [3] Ilustrasi gambar membantu “pembelajar” bisa membaca buku pelajaran terutama dalam menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi teks yang menyertasinya. [4] Dalam booklet, pada umumnya belum dewasa lebih menyukai setengah atau satu halaman penuh bergambar, disertai beberapa petunjuk yang jelas. Maka, lebih baik lagi apabila lebih dari separuh isi booklet tersebut sanggup memuat ilustrasi
gambar. [5] Ilustrasi gambar isinya harus dikaitkan dengan kehidupan nyata, semoga minat para pembelajar menjadi efektif. [6] Ilustrasi gambar isinya hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan gerakan mata “pembelajar” dan bagian-bagian yang paling penting dari gambaran itu harus dipusatkan di cuilan sebelah kiri atas medan gambar .
Selain itu, hasil penelitian lain yaitu Edmund Faison wacana penggunaan gambar dan grafik dalam pengajaran. Dari hasil penelitian James W. Brown dkk.,1959, sanggup disimpulkan , sebagai berikut : [1] Untuk memperoleh hasil berguru “pembelajar” secara maksimal, gambar harus erat kaitannya dengan materi pelajaran dan ukurannya cukup besar, sehingga rincian unsur-unsurnya gampang diamati, sederhana, reproduksi bagus, lebih realistik dan menyatu dengan teks, [2] Gambar-gambar berwarna lebih menarik minat pembelajar dari pada gambar hitam putih. Daya tarik terhadap gambar bervariasi sesuai dengan “umur, jenis kelamin dan kepribadian seseorang”. Namun demikian, berdasarkan hasil penelitian, gambar-gambar berwarna tidak selamanya merupakan pilihan terbaik. Seth Spaulding, menyampaikan bahwa kualitas warna diharapkan untuk gambar-gambar yang sifatnya realistik. [3] Hasil penelitian Mabel Rudisill, wacana gambar-gambar yang lebih disukai anak-anak, memperlihatkan bahwa suatu penyajian visual yang tepat realismenya ialah “pewarnaan”, lantaran pewarnaan pada gambar akan menumbuhkan impresi atau kesan realistic .

c. Menyimak Pesan Visual
Pesan visual yang disajikan sanggup diterima oleh pembelajar dengan kemampuan tertentu. Sedangkan kemampuan mendapatkan pesan visual sanggup dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada dua faktor yang sangat penting, yaitu perkembangan usia anak dan latar belakang budaya yang dianutnya serta pengalamannya.
Hasil temuan hebat psikologi perkembangan anak, memperlihatkan bahwa keterbacaan pesan visual dipengaruhi oleh tingkat kematangan jiwa anak. Sebelum anak usia 12 tahun anak cenderung untuk menafsirkan pesan-pesan visual berdasarkan cuilan demi cuilan daripada secara keseluruhan. Dalam menceritakan wacana apa yang mereka lihat digambar, mereka akan menentukan unsure-unsur yang spesifik, termasuk di dalamnya adegan, sedangkan “pembelajar” yang lebih cerdik balig cukup akal cenderung untuk meringkas keseluruhan adegan dan melaporkan kesimpulan wacana makna gambar. Bilamana aneka macam lambang absurd atau rangkaian gambar seri yang saling berkaitan satu sama lain tidak terang dipahami “pembelajar”, akan menimbulkan gagalnya proses komunikasi edukatif bagi semua tingkat usia .
Pesan-pesan visual yang realistik sanggup membingunkan para pembelajar yang berusia lebih muda. Bagi usia anak bertambah, beliau akan lebih bisa memperhatikan secara selektif terhadap semua bentuk penyajian visual yang berdaya guna, untuk mempertinggi kemampuan belajarnya yang bersumber dari informasi yang dikehendaki . Jadi, perkembangan usia anak dan pengalaman “pembelajar” sanggup mempengaruhi kemampuannya untuk menafsirkan pesan-pesan visual.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa isyarat gerak yang terdapat pada gambar sepertinya akan memperkuat gagasan mengenai gerak bagi belum dewasa yang sudah dikembangkan selama masa tahap preoperasional sebagaimana dirumuskan Piaget pada belum dewasa usia tujuh tahun, dibandingkan dengan belum dewasa yang lebih gampang usianya. Demikian pula gambar yang mengandung unsur gerak atau gambar yang aktif, contohnya orang yang sedang berlari akan lebih gampang dikomunikasikan bagi semua usia dalam bentuk kerangka saja, sedangkan isyarat-isyarat gerak dalam bentuk garis-garis saja kurang sanggup meyakinkan anak-anak. Artinya, sosok badan yang sedang berlari yang digambar dalam bentuk kerangka akan lebih gampang diyakinkan pada belum dewasa bila dibandingkan dengan “isyarat-isyarat” atau “tanda-tanda” dalam bentuk
garis, contohnya sebuah “gambar bulat” kemudian diberi “garis-garis lengkung” ditengahnya [lihat gambar : 6]. Kerangka gambar mirip ini akan sulit dipahami dan di tafsirkan oleh “pembelajar” pada usia tujuh tahun atau yang masih muda, tetapi bagi “pembelajar” yang usianya sudah cerdik balig cukup akal akan menafsirkannya berdasarkan persepsi dan pengalamannya masing-masing “pembelajar”.
Bagi “pembelajar” yang memperhatikan pesan visual dipengaruhi oleh pengalaman dan latar belakang budayanya, artinya kelompok “pembelajar” yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda-beda, secara individual akan menyimak pesan-pesan visual
berbeda pula, lantaran latar belakang budaya sanggup dipengaruhi oleh pengalaman berguru sebelumnya . Maka untuk melihat keterba-caan visual termasuk di dalamnya penggunaannaan gambar-gambar adegan khusus wacana “kehidupan remaja” di tengah-tengah kota besar akan gampang dipahami oleh “pembelajar” yang juga berasal dari kota besar dibandingkan dengan “pembelajar” dari pedesaan. Oleh lantaran itu, pesan-pesan visual bagi “pembelajar” di kota tentu akan berbeda dengan “pembelajar” yang berasal dari pedesaan, lantaran pengalaman dan latar belakang sosial-ekonominya juga berlainan.
Pemberian makna terhadap “warna” pun didasarkan kepada prasangka budaya masing-masing. Sebab “penafsiran insan terhadap warna ternyata tidak berlaku umum bahkan kurang universal terutama untuk nilai-nilai perlambang yang dikenakan pada aneka macam macam warna tertentu” . Misalnya, tinta warna merah, secara umum di Indonesia tidak diterima untuk menulis pesan atau surat kepada seseorang. Warna hitam, secara umum diterima oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai warna dukacita, maut atau kemalangan. Warna putih, di Yogyakarta digunakan sebagai “tanda” atau “bendera” “layatan” atau “keseripahan”. Di tempat lain di Jawa, mungkin mungkin warna “kuning” atau warna yang lain.
Maka dalam penuangan pesan-pesan visual, akan terjadi kekeliruan-kekeliruan dalam menyimak makna pesan-pesan visual tidak sanggup dihindarkan disebabkan oleh perbedaan latar belakang budaya. Dengan dasar ini, maka setidak-tidaknya pengajar harus berhati-hati dalam mempergunakan pesan-pesan visual tanpa klarifikasi sebelumnya lantaran akan mengakibatkan kebingungan kepada beberapa “pembelajar” tertentu .

3. Media Audio - Visual
Media audio-visual, ialah seperangkat alat yang sanggup memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Paduan antara gambar dan bunyi membentuk karakter sama dengan objek aslinya. Alat-alat yang termasuk dalam kategori media audio-visual,adalah: televisi,video – VCD, sound slide, dan film.
a. Televisi
Televisi dalam pengertiannya berasal dari dua kata, yaitu :
1] Kata tele [bahasa Yunani], yang berarti jauh
2] Visi [bahasa Latin], berarti penglihatan.

Television [bahasa Inggris], melihat jauh. Kata melihat jauh mengandung makna bahwa gambar yang diproduksi pada satu tempat [stasiun televisi] yang sanggup dilihat ditempat lain melalui sebuah perangkat akseptor yang disebut televisi minitor atau televisi set.
Istilah televisi, gres dicetuskan di Paris, pada tanggal 25 Agustus 1900, bersamaan dengan pertemuan para hebat eloktronik dari beberapa negara industri maju .
Televisi suatu perlengkapan eloktronik, yang intinya ialah sama dengan “gambar hidup” yang terdiri dari gambar dan suara. Dengan demikian, peranan TV baik sebagai gambar hidup maupun sebagai radio yang sanggup menampilkan gambar yang sanggup dilihat dan menghasil bunyi yang sanggup didengar pada waktu yang sama . Maka kata televisi berkonotasi pada suatu system unit kerja pada televisi siaran, dan bukan semata-mata dilihat dari aspek wujudnya sebagai perangkat keras , tetapi televisi sanggup mentransmisikan segenap pesan melalui gelombang eloktronik atau melalui jalan masuk kabel.
Dalam sistem transmisi, gambar dan bunyi yang dihasilkan oleh “kamera eloktronik” diubah menjadi gelombang eloktromaknetis dan selanjutnya ditransmisikan [dipancarkan] melalui stasiun pemancar. Gambar dan bunyi yang telah diubah menjadi gelombang elok-tronik itu diterima oleh sebuah antena akseptor yang terpasang pada
televis set akseptor [lihat gambar 8]. Pada pesawat monitor, gelombang eloktromaknetik diubah kembali menjadi gambar dan bunyi oleh seperangkat alat televisi sehingga sanggup dilihat. Selain itu, ada televisi kabel, artinya gelombang eloktro-maknetik disalurkan melalui kabel ke pesawat akseptor atau televisi .
Secara sederhana, proses komunikasi jalan masuk televisi sanggup digambarkan mirip gambar di atas.
Sekarang ini televisi sudah begitu memasyarakat dan tidak merupakan barang glamor lagi. Televisi mulai digunakan di rumah-rumah, halaman kantor kecamatan, di kantor-kantor, bahkan di sekolah-sekolan tertentu telah mempunyai pesawat televisi baik digunakan sebagai alat untuk membantu proses berguru maupun untuk hiburan. Program siaran televisi disenangi belum dewasa hingga orang cerdik balig cukup akal dengan acara-acara yang cukup bervariasi. Apabila kita mengamati belum dewasa di Indonesia, banyak belum dewasa yang tersita waktunya untuk menonton jadwal siaran televisi, bahkan jam-jam berguru merekapun terasa tersita untuk menonton jadwal siaran televisi yang sangat disenangi, bahkan antara anak dan orang bau tanah rebutan dalam menonton jadwal yang

disenangi masing-masing. Menurut Oemar Hamalik [1989:116], berdasarkan hasil penelitian di Amerika Serikat pada umumnya kegemaran cowok yang menonton siaran televisi, kondisinya sebagai beri-kut pada tabel 1.
Televisi sebagai lembaga penyiaran, telah banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran. Makin banyak sisran televisi yang khusus menginformasikan atau menyiarkan pesan-pesan materi pendidikan dan pengajaran, yang disebut televisi pendidikan [educational television]. Di Indonesia semenjak 23 Januari 1991, secara resmi telah bangkit Lembaga Televisi Siaran Pendidikan yang dikelola oleh swasta yang berjulukan Televisi Pendidikan Indonesia [TPI].
Dewasa ini siaran televisi menampilkan jadwal dan acara-acara dengan aneka macam bentuk, yaitu cerdas cermat, obrolan interaktif wacana duduk kasus politik, ekonomi, pendidikan, hukum, agama, dan duduk kasus sosial kemasyarakatan. Untuk jadwal pendidikan agama, televisi begitu berperan dalam memberikan atau menayangkan pesan-pesan pendidikan agama melalui mimbar agama, hikmah fajar, dan dalam bentuk jadwal yang lain. Apabila diperhatikan, pada setiap bulan Ramadhan acaran-acara tayangan televisi begitu syarat dengan pesan pendidikan agama Islam yang disajikan dalam bentuk ceramah, obrolan interaktif, diskusi, dan ditayangkan pada menjelang buka puasa, menjelang sahur, sehabis subuh, dan juga diselingi dengan hiburan-hiburan [lagu-lagu] yang bernafaskan dan bernuansa relegius.
Televisi, sebagai media pendidikan dan pengajaran tentu tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dan kekurang media televisi sebagai berikut :
1] Kelebihan Televisi, sebagai berikut :
Kelebihan Media Televisi, sebagai media pembelajaran ialah sebagai berikut :
[a] Memiliki daya jangkauan yang cukup luas.
[b] Memiliki daya tarik yang besar, lantaran mempunyai sifat audio visualnya.
[c] Dapat mengatasi batas ruang dan waktu.
[d] Dapat menginformasikan pesan-pesan yang aktual.
[e] Dapat menampilkan objek berguru mirip benda atau kejadian aslinya.
[f] Membantu pengajar memperluas tumpuan dan pengalaman.
[g] Sebutan televisi sebagai “jendela dunia”, lantaran membawa khalayak untuk sanggup melihat secara eksklusif peristiwa, suasana dan situasi tempat, kota, daerah-daerah yang di belahan dunia.

2] Kelemahan Media Televisi, sebagai berikut :
Kelemahan Media Televisi, sebagai media pembelajaran ialah sebagai berikut :
[a] Pengadaannya memerlukan biaya mahal.
[b] Tergantung pada energi listrik, sehingga tidak sanggup dihidupkan di segala tempat.
[c] Sifat komunikasi searah, sehingga tidak sanggup memberi peluang untuk terjadinya umpan balik. Tetapi kelemahan ini, sudah mulai teratasi dengan beberapa jadwal aktivitas siaran yang dilakukan obrolan eksklusif [dialog interaktif] dengan dukungan telephon.
[d] Sulit dikontrol, terutama jikalau terkait dengan soal jadwal berguru di sekolah.
[e] Mudah termakan pada penyajian jadwal yang bersifat hiburan, sehingga suasana berguru kurang serius dan kurang efektif .

b. Media Video - VCD
Gambar bergerak, yang disertai dengan unsur suara, sanggup ditayangkan melalui medium videio dan video compact disk [VCD]. Sama mirip medium audio, jadwal video yang disiarkan [broadcasted] sering digunakan oleh lembaga pendidikan jarak jauh sebagai sarana penyampaian materi pembelajaran. Video dan televisi bisa menayangkan pesan pembelajaran secara realistik. Video mempunyai beberapa features yang sangat bermanfaat untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Salah satu features tersebut ialah slow motion di mana gerakan objek atau kejadian tertentu yang berlangsung sangat cepat sanggup diperlambat semoga gampang dipelajari oleh “pembelajar”. Slow motion, ialah kemampuan teknis untuk memperlambat proses atau kejadian yang berlangsung cepat. Video dan VCD sanggup digunakan sebagai media untuk mempelajari objek dan prosedur kerja dalam mata kuliah tertentu.
Media VIDIO – VDC, sebagai media pembelajaran mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1] Gambar bergerak, yang disertai dengan unsur suara.
2] Dapat digunakan untuk sekolah jarah jauh
3] Memiliki perangkat slow motion untuk memperlambat proses atau kejadian yang berlangsung.

Media Vidio dan VCD, sebagai media pembelajaran juga tidak terlepas dari kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan dan kelemahan media Vidio dan VCD, sebagai berikut :
1] Kelebihan Media Vidio dan VCD, sebagai berikut :
Kelebihan Media Vidio dan VCD, sebagai media pembelajaran ialah sebagai berikut :
[a] Menyajikan objek berguru secara konkret atau pesan pembelajaran secara realistik, sehingga sangat baik untuk menambah pengalaman belajar.
[b] Sifatnya yang audio visual, sehingga mempunyai daya tarik tersendiri dan sanggup menjadi pemacu atau memotivasi “pembelajar” untuk belajar
[c] Sangat baik untuk pencapaian tujuan berguru psikomotorik
[d] Dapat mengurangi kejenuhan belajar, terutama jikalau dikombinasikan dengan teknik mengajar secara cemah dan diskusi duduk kasus yang ditayangkan.
[e] Menambah daya tahan ingatan atau retensi wacana objek berguru yang dipelajari “pembelajar”.
[f] Portable dan gampang didistribusikan.

2] Kelemahan Media Vidio dan VCD, ialah :
Kelemahan Media Vidio dan VCD, sebagai media pembelajaran ialah sebagai berikut :
[a] Pengadaannya memerlukan biaya mahal.
[b] Tergantung pada energi listrik, sehingga tidak sanggup dihidupkan di segala tempat.
[c] Sifat komunikasi searah, sehingga tidak sanggup memberi peluang untuk terjadinya umpan balik.
[d] Mudah termakan untuk menayangkan kasset VCD yang bersifat hiburan, sehingga suasana berguru akan terganggu.

Untuk pembelajaran pendidikan agama Islam, media video dan VCD sanggup digunakan untuk menayangkan materi pelajaran pendidikan agama Islam yang dikemas dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi, dan metode. Contoh, sanggup dikemas suatu jadwal vidio dan VCD untuk materi pelajaran ibadah haji, merukti [merawat] jenazah, materi pelajaran salat, materi pelajaran membaca al-Qur’an, dan sebagainya, sehingga “pembelajar” akan aktif melihat, mendengarkan, mengamati, menafsirkan dan “pembelajar” sanggup mempraktekan apa yang telah disajikan lewat jadwal vidio dan VCD tersebut.

c. Media Saund Slide [Slide Bersuara]
Slide, merupakan media pembelajaran yang bersifat audio visual. Secara fisik, slide bunyi ialah gambar tunggal dalam bentuk film positif tembus pandang yang dilingkapi dengan bingkai yang diproyeksikan. Penggunaannya sanggup dikombinasikan dengan audio kasset, dan sanggup digunakan secara tunggal tanpa narasi. Pada umumnya jikalau digunakan untuk keperluan instruksional, sehingga slide sanggup dibentuk secara berseri dan berurutan serta dikombinasikan dengan au-dio kasset. Maka slide yang dikombi-nasikan dengan audio kasset disebut dengan saund slide [slide bersuara], yaitu penyajian materi pelajaran yang dikemas sedemikian rupa dengan memakai slide secara berurutan yang dikombinasikan atau dilengkapi dengan audio kasset.
Sebagai media pembelajaran, slide bunyi sanggup menyajikan gambar yang tetap dengan urutan yang tetap, sehingga menjamin keutuhan pelajaran dan gambar tidak gampang hilang, terbalik, atau berubah urutan jikalau teknik pengemasannya benar dan baik. Misalnya, menyajikan materi pelajaran wacana cara mengerjakan salat, maka perlu dikemas secara berurutan yang dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.

Pelajaran ibadah salat yang ditampilkan dengan mengguna-kan media slide sanggup dikom-binasikan dengan audio kasset sangat membantu pembelajar dalam proses pembelajaran di kelas, lantaran selain pembelajar sanggup melihat tiap gerakan salat dari gambar yang ditayangkan secara berurutan dan juga sekaligus mendengarkan baca-an-bacaan salat. Maka yang perlu diperhatikan ialah teknik pengepakan atau pengemasan jadwal pengajaran antara filmstrp slide dengan audio kasset secara benar dan baik untuk suatu sajian materi pelajaran melalui media slide bunyi [Saund Slide].
Saund Slide, sebagai media pembelajaran juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan tersebut, sebagai berikut :

1] Kelebihan Media Saund Slide
Kelebihan Media Saund Slide, sebagai media pembelajaran ialah sebagai berikut :
[a] Dapat menyajikan gambar dengan proyeksi depan maupun belakang.
[b] Portable, berukuran kecil, dan gampang didistribusikan sehingga mudah penggunaannya.
[c] Dapat dikontrol sesuai dengan harapan pengguna, sehingga memungkinkan untuk dilarang secara impulsif dan sanggup diselingin dengan tanya jawan dan diskusi singkat.
[d] Memberikan visualisasi wacana objek berguru mirip apa adanya atau autentik, sehingga sanggup mengkonkretkan objek berguru bagi pembelajar.

2] Kelemahan Media Saund Slide
Kelemahan Media Vidio dan VCD, sebagai media pembelajaran ialah sebagai berikut :
[a] Pengadaannya memerlukan biaya yang mahal.
[b] Untuk memproyeksikan slide proyektor memerlukan penggelapan ruang.
[c] Gambar yang disajikan tidak bergerak [gambar mati], sehingga sedikit banyak kurang menarik, terutama jikalau dibandingkan dengan telefilis dan film.
[d] Tergantung pada energi listrik, sehingga tidak sanggup secara mudah sanggup dihidupkan dan diputar disegala tempat.
[e] Cukup rumit pembuatannya, lantaran harus mempunyai camera foto dan mempunyai keahlian fotografi yang benar-benar mumpuni .

Perlu diketahui, bahwa media Saund Slide ini jarang atau mungkin tidak pernah digunakan dalam proses pemebelajaran di kelas, lantaran selain pengadaannya mahal juga cukup rumit untuk mengemas programnya dan juga diharapkan keahlian pengajar dalam memotret objek, suatu perbuatan [contoh: praktek salat], dan suatu kejadian yang akan disajikan dalam jadwal pembelajaran di kelas.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Mengenal Media Audio, Visual, Dan Audio-Visual"

Post a Comment

Powered by Blogger.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel