Metode Pendidikan Dalam Al-Qur’An

I. Pendahuluan
Pendidikan Islam, tentunya tidak akan terlepas dari “panduan” aliran Islam itu sendiri yakni al-Qur’an. Dalam konsep pendidikan Islam, maka harus melihat segala sesuatunya dari sudut al-Qur’an dan as-Sunnah. Metode dalam pengajaran juga termasuk ke dalam kurikulum pendidikan. Dan pendidikan agama Islam, harus mengacu kepada al-Qur’an, goresan pena ini berusaha menggali konsep dan asa pendidikan Islam khususnya menyangkut metode pengajaran yang ada dalam Al-Qur’an.
Sebagaimana dalam beberapa ayat al-Qur’an, metode mempunyai kaitan yang amat luas. Thariqah atau metode yang dipakai tersebut, terkadang di dalam al-Qur’an, dilihat dari segi objeknya, sifatnya, fungsinya, karenanya dan sebagainya. Hal ini berarti didalam al-Qur’an terdapat perhatian yang luar biasa tinggi. Dan dengan demikian al-Qur’an lebih menunjukannya dengan isyarat-isyarat yang memungkinkan dilakukan dan dikembangkan lebih lanjut. Akan tetapi, dalam hal ini al-Qur’an tidak menunjukan arti dari metode pendidikan secara tersurat, akan tetapi tersirat, hal ini lantaran memang al-Qur’an bukan ilmu pengetahuan perihal metode. Dan pemahaman sangat dituntut dalam menemukan pengertian yang macam-macam.

II. Pembahasan
Bertolak dari pandangan tersebut, al-Qur’an memberikan banyak sekali pendekatan dan metode dalam pendidikan, yakni dalam tata cara memberikan bahan pendidikan. Metode tersebut antara lain:
1. Metode Teladan
Dalam Q. S. Al Ahzab :21 Allah menyatakan bahwa:
                 
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu….
Dalam al-Qur’an, kata teladan diproyeksikan dengan kata ( ) yang kemudian diberi kata sifat ( ). Dalam surat al-Ahzab diatas, merupakan bukti adanya metode keteladanan dalam pengajaran. Muhammad Qutb misalnya, mengisyaratkan bahwa di dalam Nabi Muhammad yaitu pola yang baik dan ini merupakan suatu metodologi dalam pengajaran. Bahwa dalam pengajaran diperlukan adanya contoh-contoh yang akan memudahkan siswa dalam memahami bahan pengajaran dengan baik.
Lebih lanjut, al-Qur’an menjelaskan Akhlak nabi Muhammad dalam bentuk tingkah laku. Misalnya dalam surat al Fatir : 29:
•                
Artinya: Muhammad itu yaitu utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia yaitu keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kau Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, gejala mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu ibarat flora yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu mengakibatkan flora itu berpengaruh kemudian menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; flora itu menyenangkan hati penanam-penanamnya lantaran Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
Hal ini menunjukan bahwa dalam dunia pendidikan seorang figur yang baik harus ada. Dalam hal ini tentunya seorang guru harus mempunyai figur yang baik yang mana sanggup di pola oleh murid atau anak didiknya.

2. Metode Kisah-kisah
Didalam al-Qur’an selain terdapat nama suatu surat, yaitu surat al-Qasas yang berarti cerita-cerita atau kisah-kisah, juga kata kisah tersebut diulang sebanyak 44 kali. Qurai Syihab pernah meneliti, bahwa mengemukakan kisah dalam al-Qur’an tidak segan-segan untuk menyampaikan atau memberitahukan “kelemahan manusiawi”.
Kisah-kisah sebagai metode pendidikan, tenyata mempunyai daya tarik yang sanggup menyentuh perasaan. Islam menyadari sifat alamiah tersebut, dan menyadari pengaruhnya yang sangat besar. Sebagai contoh, dalam Q.S Al Qashash ayat 76, Allah memberi pelajaran pola orang yang tercela:


 •             •             •     
Artinya: (76). Sesungguhnya Karun yaitu Termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (ingatlah) saat kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kau terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri".

Cerita ataupun kisah sebagaimana di atas sanggup dijadikan pola dari teknik pendidikan. Allah memakai banyak sekali cerita; dongeng sejarah faktual yang menampilkan suatu tokoh kehidupan insan yang dimaksudkan semoga insan sanggup berfikir dan mengambil pelajaran dari kisah tersebut.
Untuk maksud dan tujuan dongeng tersebut, al-Qur'an mengungkapkan sebanyak 44 kali ibarat diatas. Sebagaimana dalam Q.S. al-Baqarah: 30-39 contohnya yang berisi perihal obrolan antara Allah dan Malaikat. Ketika itu para malaikat “memprotes” rencana Allah untuk membuat khalifah di bumi, yaitu manusia. Tapi dalam kisah tersebut diceritakan bahwa bekerjsama Allah lebih mengetahui hal-hal (hikmah penciptaan) yang tidak diketahui oleh para malaikat tersebut. Dikisahkan juga perihal kisah perihal pembangkangan iblis yang enggan memenuhi perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam, kisah perihal turunnya Nabi Adam ke dunia, dan juga kisah-kisah lainnya.
Demikian yaitu pola dari kisah yang sanggup diangkat menjadi metode pengajaran dalam pendidikan Islam. Pendidik sanggup menggali pesan yang tersirat dibalik kisah tersebut dan menyampaikainya kepada penerima didik. Dan kedua kisah diatas yaitu pola metode pendidikan Allah melalui kisah al-Qur’an dalam aspek keimanan dan akhlak.

3. Metode Nasihat
Al-Qur’an juga memakai kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan insan kepada wangsit yang dikehendakinya. Hal demikian kemudian dikenal dengan nasihat. Akan tetapi nasihat yang disampaikannya selalu disertai dengan panutan/teladan si pemberi atau penyampai nasihat tersebut.
Di dalam al-Qur’an kata-kata nasihat diulang sebanyak 13 ayat dalam 7 surat. Diantara ayat-ayat tersebut ada yang berkaitan dengan nasihat para nabi terhadap kaumnya. Sebagaimana Nabi Saleh menasihati kaumnya dalam Q.S. al-A’raf :79
             • 
Artinya: 79. Maka Shaleh meninggalkan mereka seraya berkata: “Hai kaumku Sesungguhnya saya telah memberikan kepadamu amanat Tuhanku, dan saya telah memberi nasehat kepadamu, tetapi kau tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat”.

Jika nasihat ini dikaitkan dengan dengan metode, maka berdasarkan al-Qur’an metode itu hanya diberikan kepada mereka yang melanggar peraturan, . dengan demikian, metode nasihat sepertinya lebih ditunjukan kepada murid-murid atau penerima didik yang malanggar peraturan. Ini menunjukan dasar psikologis yang berpengaruh lantaran pada umumnya orang tidak menyenangi nasihat, apalagi apabila nasihat itu ditunjukan kepada eksklusif tertentu.
Nasihat juga menunjukan perbedaan antara yang memberi nasihat dengan yang dinasihati. Yang menasihati berada pada posisi lebih tinggi. Lebih-lebih bila nasihat tersebut tiba dari orang yang tidak disukai, maka tidak akan banyak artinya. Berbeda bila nasihat diberikan oleh orang yang disukai secara obyaktif, mereka justru meminta nasihat atau lebih bahagia dinasihati. Nampaknya nasihat harus lebih dahulu didasarkan kepada kepribadian pemberi nasihat.
Nasihat juga sanggup tiba dari bawah ke atas dengan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama yang menasihati lebih baik dari yang dinasihati, ibarat Nabi Ibrahim menasihati ayahnya, Azar yang menyembah dan pembuat berhala. Kemungkinan kedua, yang menasihati lebih jelek dari yang dinasihati, ibarat putra putri nabi Yakub yang berniat jahat pada saudaranya nabi Yusuf. Q. S Yusuf: 11:
     •      
Artinya: 11. Mereka berkata: “Wahai ayah kami, apa sebabnya kau tidak mempercayai Kami terhadap Yusuf, Padahal Sesungguhnya kami yaitu orang-orang yang menginginkan kebaikan baginya.
Dengan demikian nasihat, sanggup saja dipakai untuk tujuan-tujuan kurang baik, namun ini jarang terjadi. Yang banyak dilakukan yaitu nasihat tersebut sasarannya yaitu timbulnya kesadaran pada orang yang dinasihati. Ini sanggup dilihat pada apa yang dilakukan oleh Lukmanul Hakim kepada putranya: Q.S. Luqman 13
               
Artinya (13). Dan (ingatlah) saat Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kau mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) yaitu benar-benar kezaliman yang besar”.
Dari uraian diatas sudah terang bahwa al-Qur’an secara eksplisit memakai nasihat sebagai salah satu cara untuk memberikan suatu ajaran. Karenanya sebagai metode pengajaran, nasihat sanggup dilakukan.

III. Kesimpulan
Di dalam al-Qur’an sangat banyak sekali metode pengajaran yang Allah contohkan. Hal ini sanggup dilihat dari beberapa pola yang terdapat di atas. Setidaknya ada tiga metode yang dipakai oleh Al qur’an dalam memberikan pendidikan bagi umat, yaitu:
1. metode teladan
2. metode kisah
3. dan metode nasihat.
Dari uraian diatas, sanggup disimpulkan bahwa dalam pendidikan Islam atau tarbiyah Islamiyah, dilema metode menerima perhatian yang sangat besar. Al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai proteksi aliran Islam berisi prinsip-prinsip dan petunjuk-petunjuk yang sanggup difahami dan diinterpretasikan menjadi konsep metode yang sanggup diterapkan.









DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazaly, Terjemah Minhajul Abidin, Mutiara Ilmu, Surabaya, 1995

Al-Quran al-Karim

Arief, Armai, Reformasi Pendidikan Islam, Ciputat Press, 2007.

Bahreisy, Salim at.all, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid VI, Bina Ilmu, 1990.

Qardhawi, Yusuf, Alquran Berbicara Akal dan Ilmu Pengetahuan, Gema Insani Press, Jakarta, 1998.

Syadid Muhammad, Manhaj Tarbiyah Metode Pembinaan dalam Alquran, Robbani Press, Jakarta, 2003.

http://ahikmat.wordpress.com/2008/11/25/konsep-metode-pendidikan-dalam-al-qur%E2%80%99an/

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Metode Pendidikan Dalam Al-Qur’An"

Post a Comment

Powered by Blogger.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel